August 1, 2007

Ketika Kita Berhadapan dengan Arsitek


Saya pengen berbagi pengalaman dengan teman2
Terutama buat temen2 yang saat ini berada dilingkup dunia konstruksi
Kemarin adalah pengalaman berharga buat saya.
maaf kalo sedikit bercerita

Saya pernah menghadapi suatu problema..
Dimana ketika membangun rumah di jakarta..
Saya diminta oleh arsitek menghilangkan beberapa balok anak yang katanya sangat mengganggu dakting ac central yg dia rencanakan..

Saya sebenarnya sudah menolak beberapa kali, tapi dia selalu medesak untuk menghilangkannya..
Saya akhirnya luluh dan menghilangkan balok anak yang saya butuhkan..

Dan apa yang saya perkirakan benar2 terjadi, dimana balok anak tersebut sebenarnya sgt penting buat struktur saya.. terutama adalah berperan penting terhadap kekuatan dak yg disangga..
Dak saya skrg melentur..

Saya akhirnya mengganti balok anak tsb dg baja WF untuk penggantinya..
Akan tetapi ini berpengaruh thd dakting AC central saya, krn sdh tpasang semua berikut plafon..
otomatis harus dibongkar..
dan otomatis biaya membengkak..
dan arsitek hanya diam....



Pusing bukan..
Ketika kita dihadapkan sbg penanggungjawab..
Jadi dari pengalaman ini...
Saya tidak akan toleran lg dg arsitek bila sdh berhubungan dg struktur saya..

Memang resiko kita..
Bahwa bila rumah bagus kita tdk akan dpt pujian.. tapi arsitek yg dpt pujian.. sedangkan ketika apa yg kita bangun bermasalah, pertama kali..pasti kita yg dicari dan dianggap jelek..

Demikian sekedar sharing cerita dari saya..



Diposting oleh nurdin di milis Sipil '98 pada 29 juli 2007 @ 02:41

5 Comments:

Anonymous said...

Pengalaman yang menarik dan berharga.
Sebenernya, memang kuncinya di perencanaan.
untuk mencegah bongokar-mebongkar yg jelas2 makan biaya,
pada waktu perencanaan, arsitek & perencana struktur mesi
duduk bareng2, jadi semuanya bisa disepakati bersama.
kadang2 memang arsitek ngeyel, ya itu memang udah bawaannya
dia diajari kayak gitu kok.
kalo misalnya saya disuruh merencanakan struktur, yang jd pertimbangan
pertama adalah keamanan. saya gak mau gak bisa tidur gara2 mikirin
struktur yg saya rencanakan.
Betul Din, urusan struktur memang jangan dikompromikan. sekarang kan
kamu udah punya bargaining, kalo ketemu sama arsitek yang itu lagi,
kamu dan dia sama2 pernah punya pengalaman yg sama.

Anonymous said...

Pengalaman bagus tuh din,...kalo kita sebagai lulusan
teknik sipil duduk sebagai perencana struktur di
perusahaan konsultan perencana, beban kita tidak
terlalu besar. kasus kaya nurdin itu belum seberapa.
lebih parah lagi kalo kita bekerja di prusahaan jasa
konstruksi yang menerima job design and built. kita
harus bisa mewujudkan impian arsitek, tapi budget
bangunan khususnya struktur dibatasi,....mumetttttt
booookkkk!!......Untuk mendesain satu bangunan aja
kita harus menghitung berbagai type struktur untuk
mencari harga konstruksi termurah. capek deehhh.......

30 Juli 2007 @ 11:46

Anonymous said...

kesimpulannya sudah bener Mas..., tapi sayang juga yaa..usaha yang dikeluarkan jadi lebih besar...??!!!,

tapi masih mendinglah...yang dihadapi Arsitek..(msh nyambung kalo diajak bicara MR/mekanika rekayasa misalnya...)

nah, kalo dipabrik...mungkin akan lebih susah lagi.., karena mungkin kita berhadapan dgn para insiyur mesin dan elektro...

terbayang gak..saya pernah diminta untuk menghilangkan kolom....??!!!
prinsipnya konsisten aja..., kalo perlu kasih dampaknya yg serem2..., bangunan ambruklah...., biayanya mahal bangetlah....

yaach...gitulah...he..he..he.., yang jelas yang paling tahu tentang struktur bangunan yaa...sarjana Teknik Sipil

salam,
Agus Sutrisno
Sipil '97

Anonymous said...

sebelumnya saya minta maaf pada mas-mas sipil atas nama arsitek, kalo ada rsitek yang mau marah sama saya juga saya dengerin...emang gwa pikirin masih sama-sama orang bangunan ini. ya gak mas?
mau dilarang juga aku tetep masuk.
aku masih mahasiswa arsitektur.dan masih bodo.
tapi dari pada itu, ya mas ya. aku sependapat sama mas-mas ini. kalau struktur jangan di tolelir.tapi mending beri solusi lain ajah. kayak yang terjadi di astronot nasa, ama pabrik sabun.
dalam setiap tugas-tugas desain yang aku kerjain ya mas, sama kayak mas. ga bisa tidur, bawaannya pengen berantem kalo mikir konstruksi struktur. ga tau kalo temen2 yang lain. kalo aku iya.

dan lagi, atas nama arsitek aku minta maaf sebesar-besarnya.

Anonymous said...

Pengalaman yang menarik mas, saya sebagai adik angkatan jadi lebih tau / tercerahkan bagaimana nantinya menghadapi sesuatu yang tidak diinginkan nantinya, saya kira masalah tersebut adalah masalah antar personal, memang membuat orang mengerti keinginan kita dan kita mengerti keinginan orang itu sangat sulit. Jadi koordinasi yg dilakukan seharusnya melibatkan pihak ketiga yang berkepentingan langsung, yaitu owner sebagai "penikmat" produk kita. tetapi masalah itu harus tetap ada agar kita dapat mengambil hikmah. tetep semangat mas, keep the spirit..